Selasa, 23 September 2008

Ngajogjakarta Buka Puasa

Ngajogjakarta, menu coto makasar terhidang rapi, dan menantang, senyum kebahagian tersungging. Alangkah indahnya silaturrahmi, berjabattangan, berjabat hati, setelah sekian lama hilang ditelan kesibukan dan aktifitas masing-masing. setelah menunggu, akhirnya waktunya sampai, semua menikmati menu sederhana yang menggugah perasaan. Tidak selamanya makanan sederhana tidak meninggalkan kesan. Terima kasih, maimun/kakshar yang telah dehdoh mengumpulkan sebagian kecil kawan-kawan jogja yang berserakan dihampir semua sobekan kertas wilayah aceh. Mungkin satu saat nanti akan banyak kawan-kawan yang hadir, walaupun tanpa agenda, biarlah mulut robek cuma gara-gara sayatan canda dan tawaria. takkan pernah menyesal walau hanya agendanya cuma ketawa dari datang sampai pulang. Mater Nuwon sanget..... kanjeng mas prabu adipati sinuhun maimun mahmilul, dan kawulo rakyat aceh jogja kabeh-kabeh. isok-isok ngumpul bareng neh yo....

Senin, 15 September 2008

Baju-baju kaos etnik Kampoeng Atjeh Handicraft

Seng Qiyu abies... buat selvas jogja (is krapyak), pemasok baju kaos etnik berbahan Kardet, salman yang rela udah-uduh nganterin baju kaos tengah-tengah malam, serta ikut-ikutan apah-apah ketika harus menaikkan harga baju, gara-gara harus ngikuti pemerintah yang menaikkan harga BBM. Tapi jangan berkecil hati klo da supplier yang meu-pep-pep gara-gara harga baju naek, maklum, mereka baru mulai usaha jual-menjual. Maimun bek laye berbahan karded dan kombet, Sang ka-ngop ngon NGO, setelah 6 bulan berjalan, ternyata peminat baju bek layee makin meningkat, hanya satu diantara seribu pesan, maju terus dan bisnis baju ternyata juga menjanjikan. trus klo ada permintaan jangan nada dering tar-sok....tar sok yang bunyi ya... kasihan pelanggan yang udah kecandu ma beklayee. Rampago de Brajoem memang meninggalkan luka hati iri akan kreativitas ide dan desain, bagaimana tidak, zaman teknologi tinggi begini, tiba-tiba security layar detector harus sibuk gara-gara ada mugee manok lewat depan mata, go....go....go...debrajoem. mungkin sebagian teman bertanya berapa harga jual kaos dikampoeng atjeh handicraft, tenang.... semuanya dijual dari harga Rp. 40.000 sampai Rp. 55.000. Murah kan?. Bagi teman-teman yang tidak punya kaki panjang untuk sampai di kampoeng atjeh handicraft Banda aceh, bisa memesan melalui blog ini, dengan tidak lupa menyertai pilihan yang akan dipesan atau kalau mau lebih detail tentang desain, kita bisa kirim desain melalui email yang yang teman-teman kirim. Kami tunggu teman-teman di Bumi Yang Cantik Jelita yaitu Kampoeng Atjeh, terima kasih


Rabu, 10 September 2008

Its complicated ACEH = Arab, CINA. Eropa, HINDIA

Kampoeng Atjeh Community Develop Organizer, tanpa sengaja terjebak dalam arus lalulintas diskusi paling panas yang pernah ada. Bagaimana tidak, dalam diskusi ini dikupas habis-habisan tentang karakteristik, sikap, kemampuan dan keahlian masyarakat aceh terkini. meja sudut kiri, sinyalemen menguat, Ureung Aceh mandum Manok Agam, hampir rata-rata, itupun klo kita bisa mengatakan hampir semua, orang aceh pingin jadi boss ditempat dia bekerja, mereka lupa, sebenarnya kemampuan manajerialnya kurang, tapi yang namanya orang aceh, keras kepalanya mengalahkan segalanya. Ups... saya jadi ingat, ketika tahun 2006 mengikuti 1 workshop tentang housing component, seorang pembicara, dari referensi yang ditampilkan, pernah bekerja dihampir seluruh bumi ini termasuk indonesia dan aceh, berperawakan kebapakan, bahasa aceh yang kental, walaupun semua peserta tau kalau dia berasal dari bumi EROPA, termanggu, terdiam ketika menceritakan perkembangan programnya. Ahli perumahan itu begitu terpukul, ketika hampir semua metode perumahan dan disiplin ilmu arsitek harus kalah dengan kerasnya kepala orang-orang disini. Keras kepala yang diangungkan itu mirip sekali dengan batu karang yang kokoh, fanatik, ditunjang dengan Kemampuan agama diatas rata-rata, maka tak salah ketika sebagian memfavoritkan sebagai aceh = arab. Semua orang aceh berkeinginan menjadi pemimpin, walau hanya bermodal ilmu keras kepala. Saya jadi ingat kawan saya lagi, yang punya usaha klontong keluarga, dengan bangga bercerita, dulu waktu saya yang jaga, saya bisa menggaji diri saya sendiri dengan tinggi, tapi begitu saya mempunyai staff, saya berusaha untuk menurunkan ring gaji, biarpun posisi jabatannya sama. Mata saya jadi gelap, pitam, tanpa sadar aceh = cina. Prinsip ekonomi berlaku habis-habisan disini, dengan modal kecil, bisa mendapatkan keuntungan sebesar dunia. (bersambung)