Selasa, 22 Januari 2013

Surat dari Candu


madu..
aku harap surat ini sampai ditanganmu
semoga keresahanku hilang
ketika melihat senyum anak kecil
yang engkau suap sesendok nasi kemulutnya
biarlah gundah ini sirna
ketika melihat senyum ibu hamil
bisa makan  dipengungsian
biarlah kesedihanku hilang
ditelan besarnya gelombang samudra
ketika engkau mengantarkan bantuan bagi pengungsi itu
biarpun aku tidak mendengar khabarmu 3 hari ini
aku bahagia untuk itu

madu...
pakailah selendangmu
untuk menutup ubanmu ketika bertemu ibu
jangan perlihatkan bahwa kita lelah
mengarungi hidup
jangan biarkan ibu menangis
melihat uban yang terus tumbuh dikepala kita
pakailah selendang itu
bagiku
kamu  jauh lebih cantik 
ketika uban itu mengintip keluar
iya madu.... kamu jauh lebih cantik 
dengan ubanmu
kamu bertambah cantik
jika tidak menggunakan selendang, baju dan sarung
ini hanya untuk membahagiakan ibu...

madu...
tadi pagi ibu meneleponku
bertanya tentangku dan tentang kamu madu...
bertanya tentang
kapan ibu tidak akan membangunkanku untuk shalat subuh
karena sudah ada kamu
kapan ibu tidak akan bertanya tentang hubunganku yang hilang
entah kemana
karena ada kamu
kapan ibu akan melamarmu untukku
kapan ibu akan memelukmu madu
kapan ibu akan bercerita tentang pengalamannya
yang sudah lebih dari setengah abad
kapan akan berbagi adonan kue
rempah-rempah untuk masak ikan
cabe, bawang, tomat untuk bumbu bebek kesukaanmu
kapan... kapan???

aku menangis madu...
insyaallah bu.... insyaallah
waktu itu akan segera tiba
lamarlah madu kapan saja.... jawabku
karena madu sudah siap menjadi anak ibu
karena madu sudah siap menjadi ibu dari anak-anakku

madu..
kemarin anak kita bercerita
tentang baju bali yang robek dipantat
kerena sudah mulai sempit dan sexy
pinsil yang kebesaran
gak bisa dipakai
bertanya tentang khabarmu
ingin bertemu kamu
aku bingung menentramkannya
aku hanya bilang.... madu
kamu sedang berjuang membahagiakan orang terpencil
terkurung bencana
rentan terhadap wabah
kelaparan dinegeri yang tandus
aku lihat anak kita bingung
tapi bahagia
karena ibunya berguna bagi orang lain

madu..
sebelum memutus telpon dengan ibu
ibu bertanya serius
kapan ibu bisa kerumahmu
aku jawab 
bagaimana sebelum puasa ini
kira-kira bulan mei
engkau tahu madu...
ibu tertawa bahagia
sebagian bebannya lepas
rasa tuanya berubah menjadi muda
semangatnya mulai kelihatan
aduhhh... bagaimana ini
persiapan belum ada
mahar juga belum cukup
bawaan harus disiapin
siapa-siapa saja yang diundang...
aku tertawa kecil madu
bahagia bisa menyenangkannya dihari tua
aku hanya menjawab..
bu....
kita gak butuh undangan banyak
gak butuh pelaminan mewah
cukup keluarga kecil dan anak-anak kita
gak butuh masakan pesta
cukup nasi putih dengan sayur urap, telor dan ikan asin
yang penting kita berkumpul dan bahagia
ibu menangis mendengarnya
semoga engkau bahagia anakku
bahagiamu bahagiaku juga

madu..
walaupun aku malu
aku berharap...
cepat telepon aku setelah membaca suratku ya...

candu