Selasa, 16 Februari 2010

Peunajoeh Kampoeng Atjeh Tradisional Foods

ketika tempat itu berdiri, diatas bumi kecil dipojok benteng kutaraja, berteman hembusan angin jalanan dan asap kenalpot mobil labi-labi yang bersilweran didepan mata. Adakan diantara anda yang punya minat memakan semua makanan adat tanpa harus sibuk mencari serbet penghilang bau aren dan manisnya gula dari tangan atau jika anda berani bermain menjadi pengusaha yang selalu bangga akan sejarah makanan kuliner nusantara dan hebatnya halua khas kreung raya, mampirlah ke pojok benteng ini sekedar menitipkan makan kesukaan keluarga atau makanan kegemaran masyarakat pinggir pantai. Ya... bau aren akan selalu menempel ditangan kita, tangan anak negeri indatunya Ratu Saffiattuddin yang cantik, lengket'nya gula manis yang tersedia dipiring2 kecil dan gelas2 kecil diwarung kopi solong. jadi kangen nganterin sanger ke seseorang.... begitulah kata seorang teman.. itu juga yang membuatnya kegigilan kedinginan. Bubuk kopi itupun terbagi, yang bungkusan pisang tinggal diranah teuku di kandang, yang bungkusan plastik terbawa bersama perahu tongkang ke pelabuhan sunda kelapa bersama permaisuri dan adiknya panglima ceng hoe... panglima penakluk semananjung malaka dan kembali ke aceh hanya untuk mandi disungai kreung atjeh. Adiknya jendral berwajah bulat penuh bentolan karena semua adonan wajik dan halua belepotan disekitar bibir, menarik perhatiaan segerombolan semut dan tawon tanah. ada semut yang hitam dan botak tanpa ada sehelai rambutpun, ada tawon hutan yang gondrong sampai ketanah berjojoran. Dan adee meureudu pun menepi di pojok ini. Menunggu pembeli tanpa melupakan tradisi.