Senin, 05 April 2010

Cerita Turun temurun Buah Sop

Maukah kau dengan ku, kata sisusu coklat, gak.. jawab sipepaya ranum kuningnya. Diblender barengpun aku tak sudi, apalagi bercampur dengan mu dalam satu gelas. Sebegitukah bencimu terhadapku, tanya sisusu coklat, kuning pepaya terdiam. kesel, marah, muak, bercampur jadi adonan kue supit yang dijual nenek-nenek setengah renta itu. Untuk menyebut namanya saja udah bikin gerah apalagi bercampur... Ckckckck... 8000 rupiah dapat sepiring sop buah pinggiran pasar merdu. tangan penjual sigap memotong-motong buah berbentuk dadu-dadu kecil, kakinya lincah lari kesana-kemari, menyurut kelapa, mengeleng-gelengkan kepala ketika blender berbunyi membinasakan alpukat yang ada didalamnya dan tak lupa bersenangdung... aku ini orang kaya ya oma....ya oma.... jadi teringat istri wong fe hung marah besar ketika pelayannya menyebutkan nama teman seperguruan, pelayan itu lari tunggang langgang menyembunyikan tubuh mungilnya dari hardikan istri yang mulia pendekar ternama sekolong jagat raya wong fe hung bin bhee chuung. Turun temurun cerita dunia persilatan pun tidak luput dari sikut menyikut, injak menginjak, hasut menghasut, maki memaki, teriak meneriak, atau kalau perlu pukul memukul, jambak menjambak, tendang menendang..... jadi ingat tendangan maut istri wong fe hung. siang itu ketika matahari begitu terik menyapa kulit bumi, kulit manusia, kulit buah-buahan yang langsung mengkedut, kulit binatang peliharaan, isi mangkuk itu penuh, terisi beraneka jenis buah, dengan kuah alpukat yang ranum, tiba-tiba matahari begitu dingin, mesra membelai, lembut menggelitik..xixixixixi... senyum itu hadir lagi...diantara deretan cermin penghalang nafsu dunia. berhentilah sebentar... tarik dulu nafasmu.... jangan cemberut begitu, masih ada kok teman-teman lain datang menghiburmu, kalaupun ingin kau hapus nama itu, cukup hapuskan diatas kertas saja, tidak akan mungkin menghapusnya dari lubuk hati, karena takdir hati hanya menyimpan dan mengenang, bukan untuk tempat recycle nama-nama yang menyakitimu kemudian terhapus dengan sendirinya. Kalaupun ingin kau bandingkan dengan seluruh makhluk ciptaan pottAllah, mungkin engakau akan menulis seperti diatas air, tahu bentuknya, tapi tidak kelihatan hasilnya. Bang... dibungkus 3, pake es, mudah-mudahan engkau rela akan kemelut dunia.